Senin, 13 Juni 2011

Resume Buku Psikologi Kepribadian

RESUME PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
ALWISOL

  

Resume ini dibuat Guna Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu: Drs. H. Baidi, M.Pd.
Oleh:
MUHAMMAD IMAM MAQBULIN   (26.10.3.6.023)
KELAS 2H


JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN

TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
            Sejak lahirnya ilmu psikologi sejak akhir abad 18, kepribadian selalu menjadi salah satu topik bahasan yang penting. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yang hanya dapat dilaukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori psikologi kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika pengaturan tinggkahlaku, pola tingkah laku, model tingkahlaku dan perkembangan repertoir tingkahlaku, dalam rangka mengurangi kompleksitas tingkahlaku manusia. Ahli-ahli psikologi kepribadian melakukan riset yang cermat ntuk menguji konsep-konsep itu, memekai kaidah-kaidah ilmiah untuk menegakkan teori yang andal; yakni teori yang dapat mengemban fungsi deskriptif dan prediktif dalam kerangka pendekatan psikologik pakar-pakar psikologi itu memekai kerangka berfikir psikologi utuk memehami manusia sebagai induk indifidu.
            Kepriba dan adalah ranah kajian psikologi;  pemahaman tinkahlaku – fikiran – perasaan –kegiatan manusia, memehami sistematik, metode, dan rasional psikologi. Pemahaman dengan memakai sistemaktik, metode dan disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu ekonomi, geologi atau sejarah bukan teori kepribadian. Teori psikologi kepribadian itu mempelajari indifidu secara spesifik; siapa dia, apa yang dimiliki, dan apa yang dikerjakanya. Analisis terhadap selain individu (misalnya kelompok, bangsa, binatang, atau musim) berarti memendang mereka sebagai individu, bukan sebaliknya.
            Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi. Memehami kepribadian berarti memehami aku, diri, self, atau memehami manusia seutuhnya. Hal terpnting yang harus diketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah; bahwa pemahaman itu sangat dipengaruhi paradikma yang dipakai sebagai acuan untuk manggembangkan teori itu sendiri. Para ahli kepribadian ternyata meyakini paradikma yang berbada-beda, yang mempengaruhi secara sistemik seluruh pola pemikiranya tentang kepribadian manusia. Paradikma itu pada sebagian ahli kepribadian dikemukakan secara tegas pada sebagian yang lain paradikmanya tersamar dan dikenalimelalui model analisisnya. Paradikma yang berbeda – yang dipergunakan oleh ahli-ahli kepribadian untuk mengembangkan teorinya – akan menghasilkan teori yang bereda, tidak saling berhubungan, bahkan saling berlawanan. Teori-teori kepribadian itu dapat dibedakan atau dikelompok-kelompokan berdasarkan paradikma yang dipakai untuk mengembangkan. Ada empat paradikma yang palingbanyak dipakai acuan. Keempat-empatnya dapat dirunut sumbernya dari sejarah perkembangan psekologo kpribadian.
-          Paradikma psikoanalisis: tradisi klinik – psikiatri
-          Paradikma traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran
-          Paradikma kognitif: tradisi gestalt
-          Paradikma behaviorisme: tradisi kondisioning

BAB II
Paradikma psikoanalisis
A.  Psikoanalisis klasik
Sumbangan freud dalam teori psikologi kepribadian subtansial sekalogus kontroversial. Teori psikoanalisis manjadi teori yang palingkomperhensif diantara teori kepribadian lainya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak, baik tanggapan positif maupun negatif.
a.       STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscius), prasadar (perconscius), dan tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awarenss) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, eori tentang konflik kejiwaan ahnya melibatan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni ID, ego, superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuanya. Enam elemen pendukung struktur kepribadian tu adalah sebagai berikut:
-            Sadar (conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
-            Prasadar (perconscius)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar (unconscious).
-            tak-sadar (unconscious)
Adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.
-            ID
Id adalah sistem kepribadianyang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego.
-            Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu manangani realita;  sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang di tuntud id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukanobyak yang ternyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
-            Superego
Seperego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi memakai  prinsip idealistik (idealitic principle) sebagai lawan dari prinsip kapuasan id dan prinsip realistik dari ego.

B.                 Psikologi Analitikal
a.       Struktur kapribadian
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kapribadianribadian membimbingorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadianadalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan.
Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran ; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat taksadar pribadi, dan asertip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Disamping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap (introvers-ekstravers) dan berfungsi (fikiran-perasaa-presepsi-intuisi) yang beroprasi ada semua tingkat kesadaran. Juga ada self yang menjadi pusat kepribadian.
b.      Perkembangan Kepribadian
Perkwmbangan kepribadian adalah salah satu peristiwa yang sangat penting. Pendekatan Jung untuk menjelaskan mengapa peristiwa psikis itu lebih lengkap dibanding Freud. Jung mengedepankan pandangan purposif atau telologik yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan.
Menurut Jung peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab-akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena leduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini disebut dengan prinsip singkronisitas (sincronicity). Jung menggunakan prinsip singkronisitas untuk menjelaskan arsetip. Arsetip sebagai isi dari taksadar menjadi sebab terjadinya peristiwa mental atau fisik terjadi secara bersamaan dengan ajtifnya isi-isi taksadar.

C.     PSIKOLOGI INDIVIDUAL
(Alfred Adler)
Adler semula anggota bahkan ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina yang menjadi pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan diri karena mengembangkanide-idenya sendiri. Dia kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yakni Individual psykology. Walaupun tulsan-tulisannyamengungkap pemahaman yang mendalam dan kompleks mengenai kepribadian manusia, teori Adler pada dasarnya sederhana dan ringkas. Kondisi ketidak berdayaan itu menimbulkan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Psikologi Individual memendang individu sebagai makhluk yangsaling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain (interes sosial) ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi sarat utama kesehatan jiwa. Rincian pokok-pokok teori Adler mencakup enam hal berikut:
1.    Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior (striving for superiority).
2.    Presebsi subyaktif (subyaktive preception) individu membentuk tingkahlaku dan kepribadian .
3.    Semua fenomenapsikologis disatukan (unity of personality) didalam diri individudalam bentuk self.
4.    Manfaat dari kativitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interessosial (social interest).
5.    Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style) dari self.
6.    Gaya hidup dikambangkan melalui kekuatan kreatif (creative power) individu.
Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang melatar belakangi semua jenis salah suai (maladjusment). Disamping minat sosial yang buruk, penderita neurotik cenderung membuat tujuan yang terlalu tinggi, memekai gaya hidup yang kaku dan dogmatik, dan hidup dalam dunianya sendiri.
D.      PSIKOANALITIK KONTEMPORER (Erik H. erikson)
Erikson memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis, dengan memberi perintah yang lebih pada ego daripada id dan superego. Dia masih tatap menghargai teori Freud, namun mengembangkan ide-ide kususnya dalam hubunganya dengan tahap perkembangandan peran sosial terhadap pembentukan ego.
a.       STRUKTUR KEPRIBADIAN
o   Ego Kreatif
Erikson menggambarkan adanya kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan panghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kopetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generatifitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego yang sempurna digambarkan erikson memiliki tiga dimensi yaitu :
1.      Faktualitas adalah kumpulan fakta, data dan metoda yang dapat diferifikasi dengan metode kerja yang sedang berlaku.
2.      Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta.
3.      Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
o   Ego Otonomi Fungsional
Teori ego dari Erikson yang dapat dipandang sebagai penggembangan dari teori perkembangan seksual-invantil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai teori yang khas, berkat pandanganya ahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetip.
Sama seperti Freud, Erikson menggangap hubungan ibu-anak menjadi hubungan penting dari perkembangan kepribadian. Tetspi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.
b.      PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN: TEORI PSIKO SASIAL
o   Prinsip Epigenetik
Menurut erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikiti prinsip epigenetip, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik adalah perkembangan tahab demi tahap dari organ-organ embrio.
Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bangian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu
·         Aspek Psikoseksual
Teori perkembangan dari Erikson melengkapi dan menyampurnakan teori freud dalam dua hal, pertama melengkapi tahap perkemnangan menjadi delapan tahap yakni tahap bayi (infancy), anak (early childhood), bermain (play age), sekolah (school age), remaja (adlesence), dewasa awal (young adulthood), dewasa (adulthood), dan tua (mature). Freud hanya membahas empat tahap, dari bayi sampai dengan usia sekolah. Kedua memakei analisis konflik untuk mendiskripsi perkembangan kepribadian.
·         Konflik Psikososial
Teori Erikson sendiri memakai dasar perkambangan sosial; pada setiap tahap perkembangan muncul konflik sosial yang khas, yang seperti insting seksual, harus dikambangkan ke arah positif.teori perkembangan dari erikson kemudian dinamakan teori perkembangan psikososial.
E.     PSIKOLOGI EGO
(Anna Freud, Robeth W. White, Heinz hartmann)
a.       Anna Freud
Anna Freud mulai mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada anak. Secara bertahap dia mengubah dari ego, dari ego sebagai joki yang takberdaya dan id sebagai kudanya sebagaimana dikemukakan oleh Freud, menjadi joki intelektual yang mampu memilih jalan terbaik unyuk dilawati. Teorinya dapat diringkas dalam tiga konsep pokok, sebagai berikut:
·         Terapi Gabungan: Kekaguman dan kepercayaan
Teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi mumpi, dan analisis transferensi tidak dapat dikenakan begitusaja kepada anak-anak.
·         Melampaui Konflik Struktural: bahaya perkambangan
Kelenturan anak dan perkembangan menuju keasakan yang berkelanjutan, memaksa anak menfokuskan diri bukan pada siptom neurotik yang tampak sekarang, tetapi lebh kepada tujuan agar berfungsi sehat pada masa yang akan datang. Menurutnya, kristalisasi sindron neurotik hanya bagian kecil dari masalah anak-anak.
·         Asesmen metapsikologi
Anna Freud memakai profil metapsikologi, semacam penuntun yang mengorganisasi informasi dalam kategirisasi yang komperhensif.

b.      HEINZ HARTMENN
o   Fungsi ego di ranah bebas konflik (conflict free sphere)
Menurut Hartmann, istilah ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya, fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan - ada tujuan yang menyelesaika konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik.
o   Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi
Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer mengacu ke sumber biologokal, kemasaka fungsi presepsi, belajar, ingatan dan geraka membuat ego mampu berfungsi otonom. Otonomi sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari Allport. Antaralain tampak dari konsep Hartmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan sek dan agresi untuk berfungsi yang bukan mendapat kenukmatan dan merusak, untuk mengejar selain peredaran dorongan. Adaptasi merupakan hasil dari otonomi ego primar dan sekunder, yakni, hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan di dalam kepribadiannya, dan keseimbangan antara dirinya dengan lingkungan.
o   Fungsi Ego dan Prinsip Realita
Ego relatif independen dari id, sejak awal dan perkembanganya, beroperasi untuk membantu diri bertahan, bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasanya. Ego memekai prinsip realita dalam arti yang luas yakni; kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus mene rus menyesuaika diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin memberi kepuasan id.
c.       ROBETH W. WHITE
o   Tema Kopetensi Dakam Tahap Psikoseksual
Teori white merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan pesikoseksual, memekai tema belajar tuntas. Pada setiap fasr perkembangan psikososial Freud, ada elemen penting yang kut  berkembang. Elemen itu harus dipelajari nemun terkait dengan kepuasan instingtif.
o   Effectance Motivation
Konsep pokok dari white adalah effectance motifation. Manusia mampunyai dorongan instingtif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahteraas dirinya. Fenomena motif  belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta penyimpangan perkembangan ego.
·         Uji Realita: Kopetensi Melalui Kegitan
Menurut White, kemampuan mengantisipasi dan menunda keruasan itu merupakan hasil dari aktivitas bayi dilingkunganya.
·         Memisahkan Diri Dengan Non Diri
Salah satu kemampuan yang dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana yang bagian dari diri dan mana yang bukaan diri.
·         Penyimpangan Perkembangan Ego
Konsep asli dari teori Freud menyatakan bahwa patologi adalah kegagalan ego berkembang normal. Mengikuti konsep ini banyak akhli psikoanalisis yang meneliti apa yang dimaksud dengan kegagalan ego, apa yang menyebabkan ego gagal mengembangkan tanggungjawab sosial secara normal, dan apa yang menyebabkan uji realitasnya tidak berkurang. White dengan kopetensi dengan motivasi efektanya, mengubah fokus perhatian, dari apa yang menyebabkan  kapasitas ego gagal menangani energi id, menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan efikasinya.
F.      KEPRIBADIAN MARXIAN
(Erich Fromm)
a.       Kondisi Eksistensi Manusia
Dilema Eksistensi
Mengikuti filsafat dualisme, semua gerak didunai dilatarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa dan antitesa.pertengahan diantaranya akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan memuncukkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.
Menurut Fromm, hskikat manusia juga besifat dualistik. Paling tidak ada empet dualistik yang ada dalam diri manusia:
1.      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
2.      Hidup dan mati
3.      Ketidak kesempurnaan dan kesempurnaan
4.      Kesendirian dan kebersamaan
b.      Tipologi Sosial
Karakter Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuhan mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap.
From membedakan 2 karakter sosial dalam pasangan, productiveness (hidup yang berorientasi positif) dan nonproductiveness (hidup yang berorientasi negatif). Masing-masing diuraikan menjadi 5 pasangan kategori, dimana diantara kategori itu dapat saling berkolaborasi.
Karakter dan Masyarakat
Fromm mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan sejarah. Orientasi prespektif pertama-tama dikembangkan dalam masyarakat kuno dengan feodal, tuan-buruh.orientasi eksploitasi dikembangkan pada abad 18-19 dalam konteks mentalitas perampok dan pengausa daerah yang korup.
G.    PSIKOANALISIS SOSIAL
(Karen Horney)
a.       Kecemasan dan Konflik
Menurut Horney, semua orang mengalami creature anxiety, perasaan kecemasan normal yang muncul pada masa bayi, ketika bayi lahir dalam keadaan tak berbahaya dan rentan itu diharapkan dengan kekuatan alam yang keras dan tidak disa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasihsayang dan cinta pada awal kehidupan membantu bayi belajar menangani suatu bahaya itu.
Kecemasan Dasar dan Permusuhan Dasar (Basic Anxiety dan Basic Hostility)
Kecemasn dasar berasal dari rasa takut; suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berbahaya dalam dunia penuh ancaman. Kecemasan dasar selalu dibarengi dengan permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisiuntuk mengantisapasi bahaya diri orang lain dan untuk mencurigai orang lain itu.
Konflik Interpersonal: Kebebasan vs. Kesepian
Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihndari. Mengalami konflik bukan berarti mengidap neurotik. Perbedaan konflik normal dengan konflik neurotik  adalah taraf atau tinggi rendahnya. Setiap orang memakai berbagai cara mempertahankan diri melawan penolakan, permusuhan dan persaingan dari orang lain.
Konflik Intrapsikis
Menurut Horney, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi yang sudah menjadi bagian dari sistem keyakinan, proses intrapsikis itu mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal.
H.    PSIKIATRI INTER PERSONAL
(Harry Stack sullivan)
Menurut sullvian, kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situsi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian itu kontruk hipotesis yang hanya dapat diamayti dalam konteks tingkahlaku.
a.      Struktur Kepribadian
Sullvian tegas memendangsifat dinamik kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil. Namun ternyata dia pun juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa spek kepribadianyang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama:
·         Dualisme (dinamisnm) adalah khas tingkahlaku (transformasi energi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciiri khusus seseorang.
·         Personifikasi (personifikation) adalah suatu gambaran  - mengenai diri atau orang lainyang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan cenderung kecemasan
·         Sistim Self (Self System) merupakan bagian dinamisme yang paling kompleks.suatu pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengam menghindari atau mengecilksn kecemasan.
Proses Kognitif (cignitif proces)
Menurut sullvian pemgalaman kognitif manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni:
1.      Prottaksis (prototaxis) adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayidimana arus kesadaran mengalir kedalam jiwa tanpa pengetian “sebelum” dan “sesudah”.
2.      Parataksis (parataxis) adalah bayi mengembangkan cara berfikir hubungan sebab akibat.
3.      Sintaksis (syntaxis) adalah berfikir logika dan realistik, menggunakan lambang-lambang yang diterima, khususnya bahasa, kata dan bilangan.
b.      Dinamika Kepribadian
Seperti Freud dan Jung, Suiivian memandang kehidupan manusia sebagai sistem enerji, di mama perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh keinginan dan kecemasan. Enerji dapat berwujud dalam bentuk tegangan atau dalam bentuk tingkahlaku itu sendiri.
1.        Tegangan (tension) adalah potensi bertingkahlaku yang disadari atau tidak disadari. Tidak semua tasion disadari, banyak tasion seperti kecemasan,kantuk, lapar dan kepuasan seksualdirasakan tetapi tidak selelu dalam keadaan tingkat sadar.
2.        Transformasi Enerji (Energy Transformations) adalah tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkahlaku, baik yang terbuka atau tertutup disebut transformasi enerji.

BAB II
PARADIKMA TRAIT
A.    PSIKO KONSTITUSI
(William H. Sheldon)
Teori Psikologi Konstitusi
W.H Sheldon berasal dari Amerika Serikat. Sheldon mengorientasikan penelitiannya pada kondisi fisik tubuh serta pengaruhnya pada psikologi seseorang. Pendapat ahli psikologi yang menyatakan bahwa bentuk jasmani (tubuh) mempunyai perngaruh penting dalam kepribadian, kurang dapat diterima di Amerika Serikat. Situasi inilah yang kemudian menggiring W.H Sheldon menjadi tertarik untuk mendalaminya
POKOK-POKOK PEMIKIRAN W.H SHELDON
Struktur tubuh atau jasmani sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Secara metodologis, Sheldon melakukan pengukuran struktur tubuh secara objektif melalui foto-foto yang telah distandardisasinya. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan tanda identifikasi biologis, Sheldon menyatakan bahwa faktor genetis dan biologis berperan dalam perkembangan individu dan faktor-faktor itu dapat dikenali melalui sejumlah pengukuran struktur tubuh.
 KEY WORD TEORI W.H SHELDON :
Somatotipe, Morphogenotipe, Phenotipe
§  Somatotipe adalah usaha untuk mengukur morphogenotipe melalui pengukuran phenotipe.
§  Morphogenotipe adalah perkembangan bentuk dan struktur dari organisma
§  Phenotipe adalah karakteristik yang nampak
KONSEP PENGUKURAN JASMANI MODEL W.H SHELDON
Somatotipe performance test, yaitu menentukan morphogenotipe melalui pengukuran phenotipe dengan cara membuat foto-foto tubuh manusia dari muka dan samping sehingga didapatkan variabel2 yang merupakan dasar dari variasi jasmani. Ditemukan tiga komponen / dimensi jasmani :
§  Endomorphy
§  Mesomorphy
§  Ectomorphy
Istilah diatas dihubungkan dengan 3 lapisan pada pembentukan fetus manusia yaitu endoderm, mesoderm, ectoderm. Menurut Sheldon ada 3 tipe pokok keadaan jasmani :
1.      Type Endomorph Komponen endomorphy dominan dibandingkan 2 komponen yang lain. Ciri-ciri : Alat-alat atau organ-organ internal dan seluruh sistem digestif yang berasal dari endoderm sangat berperan. Secara fisik tampak : lembut, gemuk
2.      Tipe Mesomorph Komponen mesomorphy dominan dibandingkan komponen lain. Ciri-ciri : Bagian tubuh yang berasal dari mesoderm lebih berkembang. ( Otot, pembuluh darah, Jantung ). Secara fisik tampak : kokoh, keras, otot menonjol, tahan sakit, banyak ditemukan olahragawan, tentara.
3.      Tipe Ectomorph Komponen Ectomorphy dominan Ciri-ciri : Organ-organ ectoderm lebih berkembang seperti kulit dan sistem syaraf. Secara fisik terlihat : jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot tidak terlihat.

B.     PERSONOLOGI
( Henry Murray)
Personologi adalah terminology yang digunakan Murray dalam meninjau kepribadian. Murray mengajukan 5 prinsip dari personologi :
1. No brain , No personality
Proses-proses psikologi tidak terlepas dari proses-proses fisiologis. Menurut Murray kepribadian berakar pada memori-memori kesadaran dan ketidaksadaran yang tersimpan di otak. Semua hal yang mempengaruhi kepribadian, seperti kesadaran, ketidaksadaran, kepercayaan-kepercayaan, sikap, nilai, dan sebagainya ditemukan di otak.
2. Tension Reduction
Bagi Murray situasi tanpa adanya ketegangan adalah sumber distress. Manusia membutuhkan aktivitas, pergerakan, antusiasme, yang semuanya meningkatkan ketegangan. Dia sependapat dengan Freud bahwa individu akan berusaha untuk meredakan ketegangan yang dirasakan, tetapi bagi Murray kepuasan bukanlah pada saat ketegangan itu diredakan, melainkan kepuasan diperoleh dalam proses meredakan ketegangan itu.
3. Kepribadian bersifat longitudinal.
Kepribadian terus berkembang dan dibentuk oleh pengalaman seumur hidup individu. Oleh sebab itu pengalaman masa lalu perlu diperhitungkan.
4. Kepribadian berubah dan berkembang : Kepribadian sifatnya tidak statis dan kaku.
5. Setiap orang adalah unik
Menurut Murray setiap orang memiliki kesamaan dengan semua orang, memiliki kesamaan dengan beberapa orang, tetapi juga sama sekali berbeda dari siapapun juga.
Id, Ego dan Superego
  1. Id
Id adalah tempat tersimpannya berbagai dorongan, kecenderungan impulsive yang berisi energy untuk berperilaku dan mengandung motivasi. Id berisi dorongan-dorongan primitif, perilaku amoral, nafsu (seperti id pada psikoanalisa Freud) tetapi juga id memiliki muatan positif seperti empati, imitasi, kemampuan menaklukkan lingkungan, dsb.
2. Ego dan Ego-ideal
Ego adalah unsur rasional dalam kepribadian, yang bertugas memodifikasi, atau menunda pemuasan id-id yang tidak dapat ditoleransi. Ego tidak menentukan perilaku, pertimbangan, keputusan dan niat lah yang menjadi penentu perilaku. Ego tidak semata-mata menjalankan apa yang diminta oleh id, melainkan ego mengatur, merencanakan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengeskpresikan dorongan-dorongan positif dari id. Ego memiliki sifat arbriter, artinya terkadang dapat memihak id (positif maupun negative) dan terkadang dapat juga memihak superego. Ego juga mampu mengintegrasikan id dan superego, sehingga apa yang kita ingin lakukan selaras dengan apa yang dituntut oleh lingkungan. Ego yang kuat mampu menjadi penengah antara id dan superego. Murray tidak sependapat dengan Freud bahwa pertentangan antara id dan superego adalah kondisi yang tidak bisa dihindari. Sementara ego-ideal memberikan gambaran tentang gambaran diri terbaik yang bisa dicapai seorang individu, yang merupakan gabungan dari aspirasi dan ambisi.
3. Superego
Murray tidak sependapat dengan Freud bahwa superego telah terbentuk dan mengkristal di usia 5 tahun kehidupan, tetapi terus berkembang seiring usia dan pengalaman. Superego adalah internalisasi dari nilai-nilai norma dan budaya yang mengatur dan menimbang perilaku pribadi dan orang lain. Superego juga dipengaruhi oleh pergaulan dengan kelompok sebaya, karya-karya sastra dan mitologi dalam budaya di mana individu hidup atau dibesarkan.

Need : Motivasi dari Tingkah Laku
Need atau kebutuhan adalah suatu konstruk hipotetis yang berakar pada fisiologis, yang melibatkan dorongan psikokimia di otak yang mengatur dan mengarahkan kemampuan intelektual dan perceptual. Murray menyatakan ada 20 kebutuhan mendasar manusia, meskipun tidak semua orang memiliki keseluruhan need ini. Beberapa need di alami dalam periode tertentu, ada juga need yang tidak pernah dirasakan seseorang seumur hidupnya. Beberapa need saling mendukung, dan beberapa need bertentangan satu sama lain.
  Kategori Need
  • Kebutuhan Primer dan Sekunder
Kebutuhan primer adalah kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi untu kelangsungan hidup, seperti air, makanan, udara dan lingkungan yang aman.
  • Kebutuhan sekunder tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan primer, karena kebutuhan sekunder berkembang setelah kebutuhan primer, seperti kepuasan emosional. Kebutuhan sekunder mencakup sebagian besar dari 20 need yang dikemukakan Murray.
  • Kebutuhan Reaktif dan Proaktif
Kebutuhan reaktif adalah kebutuhan yang muncul sebagai respon terhadap kondisi tertentu yang ditemui di kehidupan. Misalnya, kebutuhan untuk menghindar dari bahaya muncul ketika individu menghadapi situasi atau lingkungan yang mengancam.
  • Kebutuhan proaktif adalah kebutuhan yang muncul tanpa harus dipengaruhi oleh situasi tertentu, biasanya terjadi secara spontan. Misalnya seorang yang lapar akan segera bergerak mencari makanan, tanpa harus menunggu stimulus seperti gambar makanan dan sebagainya.

Karakteristik Kebutuhan
1. Subsidiasi
Situasi dimana satu kebutuhan diaktifkan sebagai penolong untuk memuaskan kebutuhan yang lain. Contoh ; untuk memenuhi kebutuhan akan afiliasi, maka individu perlu menunjukkan sikap konformitas terhadap orang lain (n deference)
2. Press
Pengalaman-pengalaman masa lalu dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dirasakan oleh individu.
3. Thema
Suatu kombinasi antara factor-faktor lingkungan yang menekan perilaku individu dan kebutuhan individu itu sendiri yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Thema terbentuk melalui pengalaman masa kanak-kanak dan memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian. Thema umumnya bersifat tidak sadar, menghubungkan kebutuhan dan press yang akhirnya memberikan keunikan pada perilaku individu.
Pandangan Murray Terhadap Manusia
Menurut Murray tujuan perilaku individu bukanlah mendapatkan kepuasan dengan berada pada kondisi tension-free tetapi memperoleh kepuasan dalam proses meredakan ketegangan tersebut. Kepribadian ditentukan oleh kebutuhan dan pengaruh lingkungan. Ada keseimbangan antara kehendak bebas dan kapasitas individu untuk berubah dan bertumbuh. Setiap individu memiliki kesamaan dan juga keunikan masing-masing. Setiap individu dibentuk oleh atribut-atribut masa lalu dan lingkungan yang keduanya memiliki porsi yang seimbang dalam teori Murray. Kepribadian hanya bisa dipahami dengan tidak melupakan dampak dari dorongan-dorongan fisiologis, stimulus lingkungan baik secara fisik, social dan budaya. Murray berpandangan optimis terhadap manusia, bahwa dengan kreativitas, imaginasi dan pertimbangan manusia mampu menyelesaikan tantangan kehidupannya. Murray juga berpendapat bahwa orientasi manusia adalah untuk masa depan, dan manusia bukanlah tawanan dari masa lalunya. Complex-complex yang disebutkannya memang dapat mempengaruhi kepribadian, namun pengalaman hidup masa kini dan harapan-harapan akan masa depan juga tidak dapat diabaikan peranannya.
C.     HOLISME DAN HUMANISME
(Abraham Maslow)
a.       Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.
Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.
b.      Hirarki Kebutuhan
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
  2. Kebutuhan akan rasa aman
  3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
  4. Kebutuhan untuk dihargai
  5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan [[fisiologis[[ sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu).
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.



Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan.
Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain.
Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs).
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
c.       Aktualisasi Diri
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
D.    KEUNIKAN INDIFIDU
(Goldon Alport)
a.       Struktur dan Dinamika Kepribadian
Definisi Kepribadian:
Organisasi dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
Dua hal yang menjadi tekanan utama adalah kepribadian merupakan sesuatu yang berkembang dan unsur-unsurnya saling terkait. Dalam pencarian definisi kepribadiannya Alllport dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen.
• Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai memiliki karakter baik atau buruk.
• Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau fisik. Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama intelegensi dan fisik membentik kepribadian.
Sifat-sifat dan Disposisi-disposisi Personal :
Sifat adalah Kecenderenungan untuk berespons dengan cara tertentu ; tendensi neuropsiki. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah pengamatan melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar eksistensi nominal.
2 pembedaan sifat:
Sifat umum : ciri-ciri (sifat) yang terdapat pada banyak orang. Disposisi Personal: keunikan-kekhususan (sifat) pada individu
Contoh :
Dalam sebuah kelompok ada 20 orang menunjukkan sifat keagresifan (common trait). Tapi kita tidak bisa mengtakan 20 orang itu menunjukkan/mewujudkan keagresifannya lewat jalan yang sama. Mungkin ada yang asertif dan kompetitif, sarkastic dan bermusuhan, dan mungkin lewat kekerasan fisik. Personal deposisi dapat disebut sebagai sub kategori atau jalan khusus sifat terwujud.
Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah laku dan dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting. Akan tetapi sebuah sifat tidak pernah sebagai motivator murni tingkah laku beberapa dorongan baik internal maupun eksternal yang mendahului tindakan.
Disposisi Pokok, Disposisi Sentral dan Disposisi Sekunder
-          Disposisi Pokok :Sesuatu yang begitu umum sehingga dapat ditemukan pada setiap individu.
-          Disposisi Sentral: Kecenderungan karakter yang kuat (khas) pada seseorang.
-          Disposisi Sekunder: Berfungsi terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian dan lebih terpusat pad respon yang dicocokinya.
Dua kekhususan teori Allport adalah penolakannya pada masa lalu yang mengambil bagian penting dalam motivasi dan ketegasannya dalam proses kognitif seperti intensi, perencanaan pada motivasi orang dewasa. Apa yang dilakukan oleh individu adalah kunci petunjuk yang penting tentang bagaimana orang bertingkah laku sekarang. Allport mencari ke masa depan apa yang diharapkan oleh individu.
Hubungan Sifat, Kebiasaan, Sikap dan Tipe
Keempat hal tersebut merupakan kecenderungan (predisposisi) yang unik, hasil dari faktor genetik dan pembelajaran dan mendorong/menuntun tingkah laku seseorang .
1.      Kebiasaan: Kurang lebih umum ( sifat /trait paling umum) , respons khusus pada stimulus tertentu, kurang evaluatif.
2.      Sikap : lebih umum dari kebiasaan, penekanan segi lingkungan (kecenderungan untuk berespon positif atau negatif terhadap objek tertentu), paling evaluatif.

Proprium
Proprium adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan ego. Proprium menggambarkan ego sebagai sesuatu yang dengan segera dapat kita sadari meliputi perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, rasa keakuan, gambaran diri. Proprium tidak dibawa sejak lahir melainkan berkembang karena perkembangan individu. Allport menghindari ego sebagai penggerak utama kepribadian.
Otonomi Fungsioanal
Otonomi fungsional memandang motivasi dewasa bermacam-macam,
sistem self sustaining, pertumbuhan sistemantecedent, tapi secara
fungsional tak terkait. Otonomi fungsional juga pendorong dan pembentukan perilaku masa kini dan lepas lepas dari masa lalu. Apa yang dilakukannya semata-mata dikhususkan begitu saja demi tujuan berbeda dari semula.
Perseverative Otonomi Fungsional : meliputi bentuk-bentuk
kecanduan, mekanisme sirkular, perbuatan yang diulang-ulang atau secara rutin. Orang dewasa yang sehat ditandai dengan serangkaian sifat yang teratur dan kongruen yang berfungsi sebagaian besar secara rasional dan sadar. Maka untuk memahami orang dewasa maka harus memahami maksud dan aspirasi mereka.
Propriate Otonomi Fungsional : meliputi minat-minat yang
dipelajari, nilai-nilai, sentimen-sentimen, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Manusia selalu dalam proeses untuk menjadi lebih integral dan daya penyatiu yang paling penting adalah propriate function, dimana usaha mengejar tujuan yang membentuk kepribadian.
1. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang
memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran
tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan
yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa
yang ia lakukan.

E.     FAKTOR ANALITIK
(Raimond B. Cattel)
a.      Faktorial Analitik
(Raimond B.Cattell)
Cattel yang merupakan salah satu pelopor pemakaian kaidah-kaidah ilmiah dalam memahami kepribadian manusia yang diyakininya, memiliki banyak sekali dimensi yang dapat diukur.


STATISTIK
Cattell membangun teori dengan memanfaatkan statistik secara optimal yang berangkat dari pengamatan eksperimen untuk kemudian disimpulkan secara induktif.Menurutnya, kepribadian yang kompleks itu harus selalu bersifat multivariat.
STRUKTUR TRAIT
Kategori Trait
Menurut Cattell, trait merupakan konstruk hipotetik atau imajiner sebagai kesimpulan dari pengamatan obyektif terhadap tingkah laku.Trait diklasifikasikan dengan memakai 3 kategori, yaitu:
a.    Kategori Kepemilikan
Trait Umum-Trait Khusus
Trait Umum adalah Trait yang dimiliki oleh semua orang, dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Cattell membatasi sifat umum sebagai sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang. Misalnya, intelegensi. Sedangkan  Trait Khusus adalah Trait yang dimiliki satu orang saja.
b.    Kategori Kedalaman
Trait Permukaan – Trait Sumber
- Trait Permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku.
- Trait Sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku.Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tingkah laku, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor
c.    Kategori Modalitas Ekspresi
Trait Kemampuan-Temperamen-Dinamika
- Trait Kemampuan: Menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan .Contoh: Kecerdasan
- Trait Temperamen: Gaya atau irama tingkah laku. Contoh: Ketenangan/Kegugupan
- Trait dinamik: Motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.Contoh: Interes
 DINAMIKA TRAIT
Sikap
Sikap adalah konsep tentang tingkahlaku spesifik (atau keinginan untuk bertingkah laku tertentu) sebagai respon terhadap sesuatu.Sikap itu kemudian akan berperan sebagai motivator tingkahlaku. Motif-motif itu tersusun dalam satu mata rantai, yang satu subsidiari dari yang lain, dan semuanya sering berakhir pada dorongan makan yang bersifat pembawaan.
Dorongan Pembawaan
Dorongan atau motif pembawaan oleh Cattel disebut ERG.Semua dorongan primer yang dibawa bersama kelahiran disebut Erg, seperti seks, lapar, haus, dsb.Cattell memakai analisis faktor untuk memetakan motivasi manusa secara matematis alih-alih secara logis.Secara keseluruhan, peta erg manusia terdiri dari 10 erg independen.
Sentimen
Organisasi struktur keseimbangan atitud, yang memperoleh enerji dari erg tetapi dibentuk oleh hasil belajar. Atitud adalah aksi atau keinginan melakukan aksi sebagai respon terhadap situasi tertentu, yang kalau dilacak asal muasalnya akan sampai ke dorongan primer bawaan-erg.
Kalkulus Dinamik
Cattell memakai konsep kalkulus dinamik suatu prosedur yang kompleks untuk menentukan kekuatan dan arah tingkah laku.Dalam kalkulus dinamik, erg dan sentimen dipandang sebagai akar dari semua motivasi dan dimasukkan ke dalam persamaan tingkah laku, yang dapat dipakai untuk meramalkan tingkah laku seseorang.

F.      TIPOLOGI BIOLOGIS
(Hans Eysenck)
TIPOLOGI BIOLOGIS HANS EYSENCK
Eysenck berpendapat dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Dia juga berpendapat bahwa semua tingkahlaku dipelajari dari lingkungan. Menurutnnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkahlaku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan
HIRARKI FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN
Kepribadian sebagai organisasi tingkahlaku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hirarkis, beturut-turut dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah: tipe – traits – habit – respon spesifik.
1.      Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
2.      Hirarki kedua: Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
3.      Hirarki ketiga: Kebiasaan tingkahlaku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/fikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
4.      Hirarki terendah: Respon spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
TIPE
Eysenck menemukan dan mengelaborasikan tiga tipe – E,N,P- tanpa menyatakan secara eksplisit peluang untuk menemukan dimensi yang lain pada masa yang akan datang. Namun dari pendekatan metodologik yang sngat terbuka, dimana Eysenck menyerap berbagai konsep dari  banyak pakar, terkesan penambahan dan penyempurnaan teorinya sebagai sesuatu yang wajar.
1. Ekstraversi
Konsep Eysenck mengenai ekstraversi mempunyai sembilan sifat sebagaimana ditunjukkan oleh trait-trait dibawahnya, dan introversi adalah kebalikan dari trait ekstraversi, yakni: tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut.
2. Neurotisisme
Seperti ekstraversi-introversi, neurotisisme-stabiliti mempunyai komponen hereditas yang kuat. Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar genetik dari trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif-kompulsif.
3. Psikotisme
Orang yang skor psikotisisme-nya tinggi memiliki trait agresif, dingin, egosentrik, tak pribadi, impulsif, antisosial, tak empatik, keatif, keras hati. Sebaliknya orang yang skor psikotisismenya rendah memiliki trait merawat/baik hati, hangat, penuh perhaitan, akrab, tenang, sangat sosial,empatik, kooperatif, dan sabar.
b. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Teori kepribadian Eysenck menekankan peran herediter sebagai faktor penentu dalam perolehan trait ekstraversi, neurotisisme, dan psikotisisme (juga kecerdasan). Namun Eysenck juga berpendapat, bahwa semua tingkahlaku yang tampak –tingkahlaku pada hirarki kebiasaan dan respon spesifik- semuanya (termasuk tingkahlaku neurosis) dipelajari dari lingkungan. Eysenck berpendapat inti fenomena neurotis adalah reaksi takut yang dipelajari (terkondisikan).
Menurut Eysenck, stimulus baru begitu saja dapat diikatkan dengan stimulus asli, sehingga orang mungkin mengembangkan cara merespon stimuli yang terjadi serta merta akibat adanya stimulis itu, tanpa tujuan fungsional. Menurutnya, tingkahlaku neurotik sering dikembangkan tanpa alasan yang jelas, sering menjadi kontraproduktif, semakin meningkatkan kecemasan dan bukannya menguranginya

BAB III
PARADIKMA KOGNITIF

A.    TERPUSAT PADA PRIBADI
(Carl Roges)
a.      Hakikat Pribadi Fenomenologis
Rogers mengemukakan 19 rumusan mengenai hakekat pribadi (self) sebagai berikut:
1.         Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus-menerus berubah (henomenol field), di mana dia menjadi titik pusatnya. Pengalaman adalah segala sesuatu yang berlangsung di dalam diri individu pada saat tertentu, meliputi proses psikologik, kesan –kesan motorik, dan aktivitas aktivitas motorik. Medan fenomenal ini bersifat private, hanya dapat dikenali isi sesungguhnya dan selengkapnya oleh diri sendiri. Karena itu sumber terbaik untuk memahami seseorang adalah orang itu sendiri. Iniah konsep laporan diri (self-report) dari terapi berpusat klien.
2.         Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.
3.         Organisme mempunyai kecenderungan pokok yaitu keinginan untuk mengaktualisasikan-memelihara-meningkatkan diri (self actualization-maintain-enhance).
4.         Organisme mereaksi medan fenomena secara total (gestalt) & berarah tujuan (good directed).
5.         Pada dasarnya tingkahlaku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasi-mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya.
6.         Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan) emosi itu tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam usaha aktualisasi-memelihara-mengembangkan diri.
7.         Jalan terbaik untuk memahami tingkahlaku seseorang adalah dengan memakai kerangka pandangan itu sendiri (internal frame of reference); yakni persepsi, sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat klien.
8.         Sebagian dari medan fenomenal sacara berangsur mengalami diferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat di dalamnya sebagai objek atau subjek.
9.         Struktur self terbektuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomenal, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain.
10.     Apabila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai – nilai baru yang akan diintrojeksi, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merevisi gambaran dirinya, serta mengaburkan (distortion) nilai-nilai yang semula ada di dalam dirinya, atau dengan (2) mendistorsi nilai – nilai baru yang akan ddiintrojeksi/diasimilasi.
11.     Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut:
-        Disimbolkan (simbolyzed): diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self.
-        Dikaburkan (distorted): tidak ada hubungan dengan struktur self.
Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore): pengalaman itu sebenarnya disimbolkan tetapi dibaikan karena kesadaran tidak memperhatikan pengalaman itu atau diingkari karena tidak konsisten dengan struktur self.
12. Umumnya tingkah laku konsisten dengan konsep self.
13. Tingkah laku yang didorong oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan, bias tidak konsisten dengan self. Tingkah laku semacam itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self-image), dan tidak diakui sebagai milik/bagian dari dirinya.
14.     Salahsuai psikologis (Psychological maladjustment) akibat adanya tension, terjadi apabia organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbolkan dan disusun dalam kesatuan struktur self-nya.
15.     Penyesuaian psikologis (psychological) terjadi apabila organisme dapat menampung atau mengatur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16.     Setiap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat).
17.     Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap struktur self (suasana terapi bersifat klien), pengalaman – pengalaman yang tidak konsisten dengan self dapat diamati dan diuji (untuk dicari konsistensinya dengan self), dan struktur self direvisi untuk dapat mengasimilasi pengalaman-pengalaman itu.
18.     Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman sensoriknya ke dalam system yang integral dan konsisten, maka dia akan lebih mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda. Orang yang defensive dan mengingkari perasaannya sendiri cenderung iri dan benci kepada orang lain; yang akan merusak hubungan sosialnya.
19.     Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik ke dalam struktur selfnya, kemungkinan terjadinya introjeksi/revisi nilai-nilai semakin besar. Ini berarti terjadi proses penilaian yang berlanjut terus-menerus (continuing valuing process) terhadap system struktur self.
b.      Struktur Kepribadian
Karena sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek structural dari kepribadian. Namun, demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakikat pribadi, diperoleh 3 konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: organisme, medan fenomena dan self.
Organisme mengandung 3 pengertian, yaitu:
1.      Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologiknya. Organisme adalah tempat semua pengalaman, segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri dan di dunia eksternal.
2.      Realitas subyektif: Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subyektif semacam itulah yang menentukan/membentuk tingkah laku.
3.      Holisme: organisme adalah satu kesatuan system, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makan pribadi dan bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
Medan Fenomena (Phenomenal Field)
Keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun yang tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
Beberapa deskripsi tersebut menjelasakan pengertian medan fenomena:
1.      Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar).
2.      Meliputi pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusunn dalam kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/ dikaburkan  (karena tidak konsisiten dengan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena diamati tidak mempunyai hubungan dengan struktur diri). Pengalaman yang disimbolkan disadari, sedang pengalaman yang diingkari dan yang diabaikan tidak disadari.
3.      Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri.
4.      Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain melalui inferensi empatik, itu pun pengetahuan yang diperoleh tidak bakal sempurna.

SELF
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Diri merupakan salah satu konstruk sentral dalam teori Rogers, dan ia telah memberikan suatu penjelasan yang menarik bagaimana ini terjadi
Berbicara secara pribadi, saya memulai karya saya dengan keyakinan yang mantap bahwa  “diri” adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah hilang dari kamus para psikolog, bersama menghilangnya para introspeksionis. Dari sebab itu, saya lambat menyadari bahwa apabila klien-klien diberi kesempatan untuk mengungkapkan masalah – masalah mereka dan sikap – sikap mereka dalam istilah – istilah mereka sendiri, tanpa suatu bimbingan atau interpretasi, ternyata mereka cenderung berbicara tentang diri…Tampaknya jelas,…bahwa diri merupakan suatu unsur penting dalam pengalaman klien, dan aneh karena tujuannya adalah menjadi ‘diri-sejati’-nya (Rogers, 1959, hlm 200-201)
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Beberapa penjelasan mengenai self dapat disimpulkan dari 19 rumusan Rogers:
1.    Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena .
2.    Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu (significant person=orang tua) dan dari distorsi pengalaman.
3.    Self bersifat integral dan konsisten
4.    Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai ancaman.
5.    Self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar.
Dalam teori Rogers secara implisit terdapat dua manifestasi lain dari kongruensi-inkongruensi. Pertama adalah kongruensi atau inkongruensi antara kenyataan subjektif (medan fenomenal) dan kenyataan luar (dunia sebagaimana adanya). Kedua adalah tingkat kesesuaian diri antara diri dan diri ideal. Apabila perbedaan antara diri dan diri ideal adalah besar, maka orang merasa tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri.
B.     Belajar Sosial
(Albert Bandura)
Dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme:
1. Manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan.
Maksudnya: Manusia tidak hanya diatur oleh lingkungan akan tetapi manusia juga mampu mengatur dirinya sendiri dalam bertingkah laku sehingga manusia dan lingkungan saling mempengaruhi.
2. Bahwa aspek kepribadian melibatkan interaksi orang satu dengan yang lainnya
Sebagai contoh:
Habit yang merupakan salah satu aspek kepribadian manusia tentu saja munculnya karena berinteraksi dengan orang lain. 
Teori Belajar Sosial, berdasar pada:
1. Konsep Saling menentukan (determinis resiprokal), Dunia dan perilaku itu saling mempengaruhi.
2. Tanpa Reinforcement, Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya, tanpa harus ada reinforcement (penguatan) ,sebab reinforcement bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku.
3. Kognisi dan Regulasi Diri, Regulasi diri; Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri. Kognisi; kemampuan kecerdasan seseorang untuk menyimpan suatu pengalaman sebagai strategi untuk bertingkah laku pada masa yang akan datang.Sebagai contoh: Ketika kecil, kiki pernah menjuarai lomba nyanyi, ketika dewasa, kiki langsung mendaftar lomba nyanyi karena merasa dia mampu menjuarai lomba nyanyi lagi.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Sistem Self
Struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Sehingga bisa dikatakan sistem self; sistem yang ada dalam diri manusia yang berfungsi mengatur diri untuk merespon atau tidak suatu stimulus.
a. Regulasi Diri, Manusia dapat mengatur sebagian tingkah lakunya
Ada 3 proses yang dipakai untuk melakukan pengaturan diri:
-      Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri, yaitu:
* Memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku, penguatan.
* Ketika seseorang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan utk dilakukan lagi.
-      Faktor Internal dalam Regulasi Diri, 3 bentuk pengaruh internal;
a) Observasi Diri
b) Proses Penilaian atau mengadili tingkah laku
c) Reaksi-diri-afektif;
2. Efikasi Diri
Keyakinan bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan;
1. Efikasi Diri
Keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2. Ekspektasi Hasil
Perkiraan bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Sumber Efikasi Diri:
a. Pengalaman Performansi
Prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu.
b. Pengalaman Vikarius
Efikasi meningkat ketika melihat keberhasilan orang lain.
c. Persuasi Sosial
Pendapat dari luar.
d. Keadaan emosi
3. Efikasi Kolektif
Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Belajar melalui Observasi yaitu:
a. Peniruan, Meniru seseorang dengan melibatkan penambahan dan pengurangan tingkah laku yang diamatinya.
b. Modeling tingkah laku baru, Dengan mengamati orang lain, kita akan memperoleh tingkah laku baru,meskipun dengan menggabung-gabung apa yang diamati dan menjadikannya tingkah laku baru.
c. Modeling mengubah tingkah laku lama
- Tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat.
- Tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima.
d. Modeling Simbolik
e. Modeling Kondisioning
Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan.Muncul respon emosional yang sama dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan kepada obyek yang ada di dekatnya.

C.    Teori Medan
(Kurt Lewin)
Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan ahli psikologi lainnya mengadopsi konsep pengaruh medan dalam ilmu fisika dan kimia ke dalam psikologi Gestalt. Sedangkan adopsi teori medan dalam psikologi kepribadian dilakukan oleh Kurt Lewin yang memakai asumsi gestalt:
1. Dasar pemahaman psikologi bukan elemen (gambaran rincian jiwa) tetapi saling hubungan, pola atau konfigurasi. Elemen digambarkan untuk memahami saling hubungannya, bukan ujud dan ukurannya.
2. Beberapa saling hubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain, sehingga dapat dideskripsikan kecenderungan kepribadian bergerak menuju kesatuan gestalt.
3. Psikologi seharusnya difahami dalam bentuk teori medan (field theory), di mana “field” adalah system pengaturan diri yang ditentukan oleh saling hubungan antar bagian-bagian dari unsur yang mendukung system itu.

A. SRUTUR KEPRIBADIAN
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi yang berada dalam lingkungan psikologis, dengan ruang hidup yang disebut topologi. Fokusnya adalah saling hubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia, hubungan antara bagian dengan bagian dan antara bagian dengan keseluruhan.
v Ruang Hidup
Adalah keseluruhan kumpulan fakta yang ada pada suatu saat, yang mempengaruhi/menentukan tingkah laku.
v Daerah Pribadi
Adalah kesatuan yang terpisah dari hal lain di dunia tetapi tetap menjadi bagian dari dunia.
v Daerah lingkungan Psikologis
Seperti daerah pribadi-dalam, daerah lingkungan psikologis dibagi-bagi dalam pecahan-pecahan, disebut region.
v Lingkungan Non-Psikologis
Yaitu apa saja yang ada tetapi tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang, bias berupa benda/obyek, fakta-fakta atau situasi sosial. Disebut juga daerah kulit asing.

B. DINAMIKA KEPRIBADIAN
v Enerji, Tegangan, dan Kebutuhan
Enerji: muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tegangan: muncul akibat adanya kebutuhan. Kebutuhan: mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan.
v Tindakan
Valensi: nilai region dari lingkungan psikologis pribadi. Valensi positif berisi obyek tujuan yang dapat mengurangi tegangan pribadi, misalnya bagi orang lapar region yang berisi makanan mempunyai valensi positif, begitupun sebaliknya. Vektor: kekuatan yang mendorong gerak seseorang atau tingkah laku, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Lokomosi: perpindahan lingkaran pribadi. Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi.
v Event
Adalah hasil interaksi antara dua atau lebih fakta baik di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan, kenyataan, dan kekinian.
v Konflik
Situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan.
v Tingkat Realita
Konsep tingkat realita dari Lewin mengemukakan; realita berisi lokomosi actual, dan tak-realita berisi lokomosi imajinasi.
v Menstruktur Lingkungan
Oleh karena lingkungan psikologi mudah berubahah maka sifat dinamik dari gambaran kepribadian adalah dengan menstruktur lingkungan.
v Mempertahankan Keseimbangan
Dalam system reduksi tegangan, tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan, tetapi memperoleh keseimbangan dari tegangan internal.

C. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
v Perubahan Tingkah laku
Merupakan variasi aktivitas, emosi, kebutuhan, hubungan sosial, dan sebagainya semakin banyak ketika orang menjadi semakin tambah usia. Tingkah laku itu menjadi semakin terorganisir, hirarkis, relistis, dan efektif
Organisasi: bertambahnya usia membuat orang semakin sadar pentingnya pengorganisasian. Hirarkis: individu bertingkah laku itu melalui tahap-tahap perkembangan secara hirarkis. Relistis: kemampuan untuk membedakan relitas dengan fantasi lebih meningkat seiring perkembangan usia. Efektif: orang berusaha untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha yang minimal.
v Diferensiasi dan Integrasi
Diferensiasi: adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan atau peningkatan variasi tingkah laku, kebebasan bergerak yang dihubungkan dengan kemampuan untuk mengerjakan hal yang berbeda-beda. Integrasi: koordinasi tingkahlaku untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
v Regresi
Adalah gerak mundur dalam proses perkembangan. Lewin menemukan dalam 2 macam:
Retrograsi: kembali ke bentuk tingkah laku lebih awal dalam sejarah kehidupan manusia.
Regresi: kembali ke bentuk tingkah laku yang lebih primitif, tidak peduli apakah pribadi pernag menlakukan hal itu.

BAB IV
PARADIKMA BEHAVIORISME

A.    BEHAVIORISME
(B.F. Skinner)
B.F. Skinner sebagai pelopor behaviorisme menolak semua teori kepribadian. Menurutnya, psikologi belum siap  (belum memiliki data faktual yang cukup) untuk membangun teori kepribadian yang mencakup segala hal. Dia tidak membahas topik kepribadian secara kusus, kecuali menjadikanya sebagai label dari aspek tingkahlaku tertentu.
a. Asumsi Dasar
skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya,  bahkan menjadi merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah.
1.      Tinhkahlaku itu mengikuti hukum tertentu ( Behavior is lawful)
Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.      Tingkahlaku dapat diramalkan (Behavior can be predicted)
Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi meramalkan. Bukan hanya menangai peristiwa masa lalu tapi juga masa yang akan datang.
3.      Tingkahlaku dapat dikontrol (Behavior can be controlled)
Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menemtukan/membentuk (sedikit-banyak) tingkahlak seseorang.
b. Struktur Kepribadian
Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian alih-alih aspek sterutur yang  tetap. Unsur kepridadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkahlaku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkahlaku;
1.      Tingkahlaku responden : respon yang dihasilkan  organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu.
2.      Tingkahlaku operan : respon yan dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon baru.
c.       Dinamika Kepribadian
·         Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari skinner adalah mengenai perubahan tingkahlaku. Jadi, hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkahlaku baru, menjai lebih terampil, menjadi lebih tahu.
·         Kondisioning Klasik
Kondidioning kalsik disebut juga kondisioning respondenkarena tingkahlaku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat refleks bawaan. Pada penelitianya pertama kali oleh oleh Ivan Pavlov, suatu stimulus.
·         Kondisioning Operan
Operan conditioning  atau Instrumental conditioning mula-mula dikembangkan oleh E.L. Thordike. Reinforser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinforsemen.

B.     STIMULUS RESPON
(Jhon Dollard)
John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu teori belajar, psikoanalitik dan antropologi sosial. Teori Dollard dan Miller banyak dipengaruhi oleh teori Hull-Spencer yang terutama menangani peran motivasi dalam tingkah laku dan bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh. Dollard dan Miller berusaha menjelaskan konsep-konsep penting dari psikoanalitik seperti kecemasan-konflik-represi, menggunakan prinsip-prinsip psikolsgi belajar  dan kondisi sosial dari belajar. Menurut Dollard dan Miller bentuk sederhana dari teori belajar adalah mempelajari keadaan dimana terjadi hubungan antara respon dengan cue-stimulusnya. Bahasan mengenai prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran atau reinforcement menjadi sangat penting. 
 STRUKTUR KEPRIBADIAN  
Kebiasaan atau habit adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada kejadian khas yang menjadi pengalamannya. Dollard dan Miller lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar dan mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal (kata-kata) dan respon yang umumnya juga berbentuk verbal. Selain itu, Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drive) seperti rasa takut sebagai bagian dari kepribadian yang relatif stabil. Menurut Dollard dan Miller, dorongan primer (primary drive) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibandingkan habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.      

DINAMIKA KEPRIBADIAN
a. Motivasi – dorongan (motivation – drives)  Dollard dan Miller sangat memusatkan perhatiannya pada motifmotif penting seperti kecemasan atau dorongan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah, Dollard dan Miller berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif.   Dalam kehidupan manusia, banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drive) dari atau berdasarkan dorongan primer (primary drive) seperti rasa lapar, haus dan seks
b. Proses Belajar  Dollard dan Miller menyimpulkan dari eksperimen-eksperimennya  bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan kecemasan. Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya dan mendapatkannya (want something, notice something, do something, get something). Inilah yang kemudian menjadi empat komponen utama belajar, yaitu drive, cue, response dan reinforcement. 
 1.  Drive Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan. Kekuatan drive tergantung pada kekuatan stimulus yang memunculkannya. Semakin kuat drivenya, maka semakin keras usaha tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan drive primer. Sesudah drive sekunder dimiliki, maka drive ini akan memotivasi untuk mempelajari respon baru sebagai fungsi dari drive primer. Kekuatan drive sekunder ini .

Proses Mental  tergantung pada kekuatan drive primer dan jumlah reinforcement yang diperoleh. 
2.  Cue Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya.
Jenis dari kekuatan cue bervariasi dan variasi ini yang menentukan bagaimana reaksinya terhadapnya. 
3.  Response Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan disebut dengan initial hierarchy of response. 
4.  Reinforcement  Reinforcement menurut Dollard dan Miller sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Reduksi drive menjadi syarat mutlak dari reinforcement.  
c.  Proses Mental yang lebih tinggi  
1.  Generalisasi stimulus (stimulus generalization) Generalisasi stimulus merupakan respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang berbentuk atau berwujud fisiknya mirip
2.  Reasoning Reasoning memungkinkan seseorang menguji alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya sehingga menyngkat proses memilih tindakan. Reasoning juga memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif. 
3.  Bahasa (ucapan, pikiran, tulisan maupun sikap tubuh) Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning. Dua fungsi pentingnya sebagai respon isyarat adalah generalisasi dan diskriminasi. Dengan memberi label yang sama terhadap dua atau lebih kejadian yang berbeda, maka terjadi generalisasi untuk meresponnya secara sama. Sebaliknya label yang berbeda terhadap kejadian yang hampir sama, memaksa seseorang untuk merespon kejadian itu secara berbeda pula (diskriminasi). Diskriminasi akan menimbulkan respon yang juga berbedabeda. Perbedaan antar stimuli dipengaruhi oleh faktor sosiokultural.  Dollard dan Miller sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu dapat membangkitkan drive dan memperkuat atau
Model Konflik
Ketidaksadaran
 d. Model Konflik  Formulasi tingkah laku konflik dari Dollard dan Miller sangat terkenal.  Karena  manurut Dollard dan Miller, konflik membuat orang tidak dapat merespon secara normal. Ada tinga bnetuk konflik yaitu konflik approach-avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang ada di satu situasi), konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama negatif),  dan konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif). Ketiga bentuk konflik tersebut mengikuti lima asumsi dasar mengenai tingkah laku konflik, yaitu:  
1.  Kecenderungan mendekat (gradient of approach) 
Kecenderungan mendekati tujuan positif semakin kuat kalau orang semakin dekat dengan tujuannya itu
2.  Kecenderungannya menghindar (gradient of avoidance)  Kecenderungan menghindar dari stimulus negatif semakin kuat ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif tersebut
3.  Peningkatan gradient of avoidance lebih besar dibandingkan gradient of approach
4. Meningkatnya dorongan yang berkaitan dengan mendekat atau menghindar akan meningkatkan gradient. Jadi meningkatnya motivasi akan memperkuat gradient mendekati atau gradient menjauhi pada semua tutuk jarak dari tujuan. 
5.  Manakala ada dua respon bersaing, maka yang lebih kuat yang akan terjadi. 
 e. Ketidaksadaran   Dollard dan Miller memandang penting faktor ketidaksadaran tetapi berbeda dengan Freud. Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua, yaitu pertama, ketidaksadaran berisi hal yang tidak pernah disadari (seperti stimuli, drive dan respon yang dipelajari)  juga apa yang dipelajari secara nonverbal dan detail dari berbagai ketrampilan motorik.  Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.  
 memberi jaminan. Kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal dengan menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang.
4.  Secondary drive Menurut Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi dengan kepuasan dorongan primer dapat menjadi reinforcement sekunder. Semua drive sekunder, dapat dianalisis asosiasinya dengan drive primer, walaupun terkadang asosiasi itu begitu kompleks sehingga sukar ditemukan jejaknya. 
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN   
1.  Perangkat innate respon sederhana dan primary process  Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoir primitif yang paling penting, yaitu :
a.  Refleks spesifik (specific reflexes)
Bayi memiliki refleks yang spesifik kebanyakan berupa respon tertentu terhadap stimulus atau kelompok stimulus tertentu. 
 b.  Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response) Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon lainnya. 
c.  Dorongan primer (primary drive) Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan. 
 Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus. 
2. Konteks Sosial   Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana orang orang itu berkembang. Sebagian besar interaksi anak dengan lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan symbol komunikasi verbal (verbal cues) serta bagaimana memahami simbul verbal produk orang lain. Bahasa adalah produk sosial dan akalu proses bahasa itu penting, maka lingkungan sosial pasti juga penting dalam perkembangan kepribadian.   Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.   
3. Situasi Pembelajaran (training situation
Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak peristiwa dimana konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul.   Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi, yaitu:   a.  Situasi makan (feeding situation)
Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu. Situasi pemberian makanan yang memuaskan menjadi dasar belajar sikap sosial dan cinta. 
b.  Pendidikan kebersihan (cleanliness training) Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua. Anak yang gagal atau lambat menguasai keterampilan ini cepat dihukum, sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman. 
c.  Pendidikan sex awal (early sex training) Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukannya bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri  anak kecemasan yang sangat dalam seks. 
d.  Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)  Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat berkembang
 Analisis Dollard dan Miller terhadap empat situasi latihan diatas banyak menggunakan formulasi Freud.  
PSIKOPATOLOGI DAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU  Dollard dan Miller memandang tingkah laku normal dan neurotik dalam satu kontinum, dan bukannya dua hal yang terpisah. Oleh karena itu, tingkah laku neurotik dipelajari memakai prinsip yang sama dengan belajar tingkah laku normal. Inti setiap neurosis adalah konflik ketidaksadaran yang kuat dan hampir selalu bersumber di masa kanak-kanak. Sering selama empat situasi ekspresi kebutuhan dasarnya, membentuk konflik yang terus berlanjut sampai dewasa.    Sama halnya dengan binatang di laboratorium yang belajar respon instrumental yang membuatnya bisa menghindar dari stimulus yang menakutkan, manusia juga mempelajari respon represi yang dapat dipakai untuk menghindari dari perasaan cemas dan berdosa. Represi dalam bentuk tidak memikirkannya , membuat orang terbebas dari keharusan memakai kemampuan pemecahan masalahnya untuk mengatasi konflik dan tidak menyadari bahwa kondisi yang menimbulkan konflik telah hilang. Sepanjang konflik itu tetap tidak disadari, makan konflik itu akan terus berlangsung dan menghasilkan simptom-simptom (sensasi spesifik atau tingkah laku yang dialami seseorang sebagai tidak menyenangkan and tidak normal).  Simptom sering membuat orang bisa menghindar (sementara) dari rasa takut dan cemas. Simptom itu tidak menyelesaikan konflik, tetapi dapat meredakannya. Simptom ini dipelajari sebagai habit. Ada tiga cara yang biasa dipakai orang untuk melakukan represi (agar tidak muncul pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan), yaitu memberi nama lain (mislabeling); respon pengganti (response substitution); tidak memikirkan (not thinking).